Berikut ini adalah pekerjaan para mahasiswa setelah melakukan review terhadap artikel ilmiah atau hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal. Mahasiswa mengumpulkan melalui email dan disini saya publikasikan dalam comments.
AP*
Tuesday, March 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Review Jurnal
ReplyDeletePERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SEGI GENDER
(Sri Trisnaningsih)
oleh
Ferdyant Pangestu
C1C005157
A. Masalah Penelitian
Apakah terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita yang diproksikan kedalam komitmen organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja pada kantor akuntan publik di Jawa Timur tahun 2003?
B. Tujuan Penelitian
Menganalisis perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita pada kantor akuntan publik di Jawa Timur tahun 2003 yang diproksikan kedalam komitmen organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja.
C. Metode Penelitian
a. Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada para auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jawa Timur tahun 2003 yang terdaftar pada direktori Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) per 31 Januari 2003.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria responden yaitu auditor yang mempunyai pengalaman kerja minimal tiga tahun.
b. Variabel
Variabel yang digunakan sebagai proksi dari kinerja dalam penelitian ini adalah komitmen organisasional, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja.
c. Teknik Analisis
Tahap pertama, melakukan uji kualitas data meliputi uji validitas (teknik corrected item-total correlation) dan uji reliabilitas (Cronbach Alpha).
Tahap kedua, menganalisis perbedaan kinerja gender auditor yang diproksikan kedalam komitmen organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja menggunakan alat uji Independent Sampel T Test.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan atau ada kesetaraan komitmen organisasional, komitmen profesional, motivasi, dan kesempatan kerja antara auditor pria dan wanita pada kantor akuntan publik di Jawa Timur. Sedangkan untuk kepuasan kerja, menunjukkan adanya perbedaan antara auditor pria dan wanita.
E. Pelajaran yang Dapat Diambil
Dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sri Trisnaningsih tersebut dapat diambil beberapa pelajaran yang berkaitan dengan teori akuntansi keprilakuan, diantaranya ialah pengertian dan pandangan tentang masalah gender. Masalah gender ini lebih kepada perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita yang merupakan akibat dari bentukan sosial, sementara perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat. Istilah perilaku gender merupakan perilaku yang tercipta melalui proses pembelajaran, bukan sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri secara alamiah atau takdir yang tidak bisa dipengaruhi manusia.
Bidang akuntan publik sendiri sebagai salah satu bidang yang tidak terlepas dari diskriminasi gender karena sebagai salah satu profesi yang sulit bagi wanita dilihat dari intensitas pekerjaannya. Terdapat suatu stereotype tentang wanita mengenai anggapan yang menyatakan bahwa wanita mempunyai keterikatan (komitmen) yang lebih besar pada keluarga daripada keterikatan (komitmen) terhadap karir.
Selain itu pandangan umum menyatakan bahwa laki-laki itu lebih berorientasi pada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan wanita dalam pertanggungjawaban manajerial. Sementara wanita dipandang lebih pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan, lebih sensitif dan lebih rendah posisinya pada pertanggungjawaban dalam organisasi dibandingkan laki-laki sehingga dapat mempengaruhi kepuasan kerjanya.
Bagus Himawan Putra
ReplyDeleteC1C005257
ANALISIS PERILAKU KOS: STICKINESS KOS PEMASARAN, ADMINISTRASI
& UMUM PADA PENJUALAN BERSIH
(STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEJ)
LATAR BELAKANG
Dalam literatur akuntansi kos disebutkan klasifikasi kos berhubungan dengan
input/output yaitu kos variabel, kos tetap dan kos semi-variabel. Kos variabel merupakan
kos yang totalnya berhubungan dengan perubahan input/output secara proposional, tetapi
total kos tetap tidak dipengaruhi perubahan input/output. Kos semi-variabel merupakan
kos yang totalnya dipengaruhi volume sumber daya tapi tidak proposional. Tidak ada
penjelasan lebih lanjut bagaimana ketidakproposionalan total dengan volume tersebut.
Pengaruh tidak proposional tersebut di atas merupakan perilaku kos, dimana
besarnya perubahan kos tergantung pada perubahan tingkat aktifitas. Akan tetapi,
beberapa dugaan bahwa kos meningkat lebih tinggi saat volume aktivitas meningkat
dibanding penurunan kos saat volume aktivitas menurun (Cooper & Kaplan, 1998 dalam
Anderson et al, 2003). Perilaku kos ini disebut sticky. Kos disebut sticky ketika besarnya
kenaikan kos yang disebabkan penambahan volume lebih besar dibanding besarnya
penurunan kos yang disebabkan penurunan volume ekuivalen.
Perilaku kos berhubungan dengan keputusan manajer menghadapi ketidakpastian
permintaan di masa mendatang. Kos menyesuaikan dengan perubahan volume sumber
daya yang sudah dipesan manajer, sedangkan volume sumber daya dipengaruhi
permintaan yang fluktuatif. Sehingga manajer perlu hati-hati dalam perencanaan pesanan
sumberdaya, yaitu menunda pesanan sampai mendapat kepastian permintaan yang turun
(Anderson, et al, 2003).
Keterbatasan penelitian perilaku kos karena kesulitan mendapatkan data yang
bisa digunakan sebagai proksi kos dan relevant drivers. Sehingga, penelitian ini
menggunakan kos pemasaran, administrasi dan umum (PA&U) sebagai proksi kos dan
pendapatan penjualan bersih sebagai proksi relevant drivers. Di Indonesia penelitian
perilaku kos belum banyak dilakukan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas penelitian, maka permasalahan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1.apakah perilaku kos semi-variabel yaitu PA&U adalah sticky?
2.bagaimana stickiness pada saat secara makro ekonomi tumbuh?
3.bagaimana hubungan stickiness pada asset intensity dan employee intensity?
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mendapat bukti empiris perilaku kos PA&U,dan
stickiness pada saat secara makro ekonomi tumbuh, serta hubungan stickiness pada asset
dan employee intensity?
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Stickiness Kos PA&U
Kos dikatakan sticky jika besarnya kenaikan kos dihubungkan dengan kenaikan
volume lebih besar dibanding besarnya penurunan kos dihubungkan dengan penurunan
volume yang ekuivalen (Cooper dan Kaplan, 1998).
Penelitian ini menggunakan Penjualan Bersih (Net Sales) sebagai proksi dari
volume penjualan, karena volume penjualan tidak dapat langsung terobservasi. Sebagai
proksi kos, penelitian ini menggunakan kos Pemasaran, Administrasi & Umum (PA&U).
Menurut Cooper dan Kaplan (1998), perilaku kos PA&U dapat dipelajari dengan
menghubungkan aktifitas pendapatan karena volume pendapatan mempengaruhi beberapa
komponen kos PA&U.
Sticky cost terjadi karena pertama, ketidakseimbangan penyesuaian sumberdaya yaitu
lebih lambat dalam proses penyesuaian yang menurun dibanding proses penyesuaian
yang meningkat. Kedua, kos PA&U terjadi ketika manajer memutuskan tetap memakai
sumberdaya tak terpakai dibanding melakukan penyesuaian ketika volume menurun.
Keputusan manajer tetap memakai sumberdaya tak terpakai merupakan bentuk
agency cost. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Anderson (2003), agency cost
adalah kos yang terjadi di perusahaan karena kepentingan pribadi manajer membuat
keputusan yang memaksimumkan keperluan pribadinya tapi tidak optimum dari
perspektif pemilik. Sumberdaya tak terpakai yang dimaksud dalam penelitian ini ketika
volume menurun adalah karyawan yang menganggur.
H1: Kenaikan kos pemasaran, administrasi dan umum (PA&U) pada saat
penjualan bersih naik lebih tinggi dibanding penurunan kos PA&U pada
saat penjualan bersih turun.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
SIMPULAN
Dari analisis yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Variasi kos pemasaran, administrasi dan umum ketika penjualan bersih
mengalami kenaikan lebih besar daripada ketika penjualan bersih mengalami
penurunan. Ini berarti kos pemasaran, administrasi dan umum bersifat sticky.
Hipotesis 1 tidak dapat ditolak.
2. Pada saat perekonomian tumbuh secara makro, maka variasi kos pemasaran,
administrasi dan umum akibat penurunan penjualan bersih akan lebih kecil
dibanding ketika perekonomian tidak sedang mengalami pertumbuhan. Ini berarti
kos pemasaran, administrasi dan umum akan lebih sticky ketika perekonomian
mengalami pertumbuhan. Hipotesis 2 tidak dapat ditolak.
3. Kos pemasaran, administrasi dan umum akan lebih sticky untuk perusahaan yang
lebih banyak mempergunakan asset miliknya dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Tingkat stickiness pada kos pemasaran, administrasi dan umum
meningkat sesuai dengan asset intensity (rasio total aset terhadap penjualan
bersih) perusahaan. Hipotesis 3a tidak dapat ditolak.
4. Ketika penjualan bersih mengalami penurunan, maka untuk perusahaan yang
memiliki intensitas pekerja tinggi, kos pemasaran, administrasi dan umum
mengalami penurunan yang lebih besar daripada perusahaan dengan intensitas
pekerja rendah. Hipotesis 3b ditolak. Kondisi ini berkaitan dengan kondisi pasar
tenaga kerja Indonesia yang bercirikan pasokan pekerja berlebih (labour surplus).
Faktor labor surplus membuat perusahaan relatif mudah untuk menyesuaikan
jumlah pekerja dengan skala operasi perusahaan terutama untuk pekerja produksi.
KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
1. Pengambilan sampel dilakukan pada periode sesudah krisis ekonomi sehingga
perilaku perusahaan pada periode sebelum krisis tidak teramati. Penelitian berikut
dapat dilakukan dengan menambahkan sampel periode sebelum krisis ekonomi,
sekaligus menguji perbedaan perilaku perusahaan sebelum dan sesudah krisis.
2. Penelitian ini tidak mengelompokkan perusahaan-perusahaan yang listing di BEJ
ke dalam jenis-jenis industrinya. Penelitian berikut dapat dilakukan dengan
mengelompokkan perusahaan-perusahaan sampel sesuai dengan jenis industrinya.
WINDYASTUTI
UPN “VETERAN” Yogyakarta
FRASTO BIYANTO
STIE YKPN Yogyakarta
Tugas 3
ReplyDeleteNama : M.Ruli.kusuma.P
NIM : C1C004024
ASUMSI TENTANG PERILAKU MANUSIA PERSPEKTIF HISTORIS
Feomena manusia dalam masyarakat dapat didekati dengan pemahaman secara subjektif dan objektif. Secara subjektif, perilaku manusia dipahami dari sudut pandang dirinya, dengan kerangka pengalaman secara penuh dari individu itu sendiri. Peneliti hanya merangkai dan menstrukturkan pengalaman itu untuk temuan-temuan ilmiah dan berusaha memecahkan masalah masyarakat yang dihadapi. Hakekatnya ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam penedekatan subjektif berfokus pada manusia sebagai pelaku sosial yang menterjemahkan perilaku mereka tersebut. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat dan penemu. Hal ini tentu sebaliknya dengan pendekatan objektif yang melihat peneliti sebagai penguji dan interpreter atas fenomena menusia dari kacamata teori yang digunakan.
Aliran realisme klasik menyiapkan secara serius pemikiran teoritis mengenai kondisi global dan kaitan empiris. Namun demikian ketidakpuasan karena kurangnya data, reaksi tandingan, kesulitan dalam peristilahan dan metode, mendapatkan momentum pada tahun 1960-an dan awal 1970-an.
Disebabkan pendekatan perilaku terhadap studi hubungan internasional maka banyak mempengaruhi pendekatan terhadap teori dan logika serta metode penelitian.
Aliran Perilaku dalam hubungan internasional bagian dari gerakan besar yang menyebar dalam ilmu-ilmu sosial secara umum. Sering disebut pendekatan ilmiah (scientific approach), behavioralisme menantang model-model yang ada dalam mempelajari perilaku manusia dan basis teori-teorinya yang disebut tradisionalisme.
Perdebatan panas sering mewarnai para ilmuwan mengenai prinsip-prinsip dan prosedur yang paling tepat dalam meneliti hasil-hasil fenomena internasional. Debat itu berpusat pada makan teori dan syarat-syarat teori yang memadai dan metode terbaik yang tepat untuk pengujian teori.
Sebagian besar perdebatan berlangsung antara penganut perilaku dan kubu tradisionalis sangat hangat. Memang benar “berteori mengenai teori” dan berteori tentang hubungan internasional sering bercirikan perdebatan. Literatur pada periode ini diwarnai dengan isu-isu metodologis, bukannya masalah substantif.
Asumsi yang sama dan preskripsi analitik merupakan ini dari gerakan perilaku. Aliran Perilaku mengusahakan generalisasi seperti hukum mengenai fenomena internasional. Yakni, pernyataan mengenai pola-pola dan keteraturan melintasi waktu dan tempat.
Ilmu, kata kaum penganut perilaku, adalah aktivitas membuat generalisasi. Oleh sebab itu tujuan penelitian ilmiah adalah menemukan pola-pola ajeg perilaku antar negara dan penyebab-penyebabnya.
Bertolak dari perspektif ini sebuah teori hubungan internasional harus berisi pernyataan hubungan antar dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan berlangsung dan menjelaskan mengapa hubungan itu bisa berlangsung.
Untuk menemukan teori-teori itu, penganut perilaku condong kepada analisa komparatif lintas nasional tak hanya sekedar studi kasus negara tertentu dalam waktu tertentu seperti terlihat dalam pendekatan Current History.
Kubu perilaku juga menekankan perlunya mengumpulkan data mengenai karakteristik negara dan bagaiman berhubungan satu sama lain. Oleh sebab itulah gerakan perilaku ini diwarani dengan studi kuantitatif hubungan internasional.