Tuesday, March 24, 2009

E Learning Blog untuk Mata Kuliah Behavioral Accounting

Selamat datang di blog baru saya, sebagai wujud dedikasi saya untuk berbagi demi sukses bersama. Blog ini saya gunakan untuk keperluan informasi, penyampaian materi, dan sarana untuk mengumpulkan tugas Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting).

Mari kita selalu berbuat yang terbaik!

4 comments:

  1. pak, labels yag buat tugas terbaru belum dibuat y?, klo posting saya kemana nih?..thx b4

    ReplyDelete
  2. ASPEK KEPERILAKUAN DALAM PERANCANGAN
    DAN PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI

    Oleh
    Ferdyant Pangestu
    C1C005157



    Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan pada umumnya sangat memerlukan sistem akuntansi yang efisien dan efektif. Sistem informasi akuntansi sangat berperan dalam mengamankan harta kekayaan perusahaan. Dengan adanya unsur-unsur pengendalian atau pengecekan dalam sistem akuntansi, berbagai kecurangan, pemyimpangan, dan kesalahan, dapat dihindarkan atau dilacak sehingga dapat diperbaiki. Perancangan dan pengembangan sistem akuntansi harus dapat mengatasi masalah-masalah pengendalian tersebut. Sistem informasi akuntansi harus didesain sedemikian rupa sehingga informasi yang dihasilkannya tidak hanya dapat diperoleh dengan cepat dan murah, namun juga akurat.
    Menurut Barch, dkk. (1991) dalam Lau (2004), hal penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan sistem informasi adalah manusia. Demikian pula Bodnar dan Howpood (1995), berpendapat bahwa perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi, tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan perilaku dan organisasional. Perubahan perilaku dan organisasional ini dapat berupa resistency to change. Oleh karena itu, pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan dan implementasi yang hati-hati, untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan.

    PARA PELAKU
    Untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan, maka diperlukan adanya partisipasi dari para pemakai. Banyak orang yang harus bekerja sama untuk dapat berhasil mengembangkan serta mengimplementasikan Sistem Informasi Akuntansi, antara lain:
    1.Manajemen
    Salah satu cara yang paling efektif untuk mendapatkan dukungan atas pengembangan sistem adalah sinyal yang jelas dari pihak manajemen puncak bahwa keterlibatan pemakai penting.
    2.Akuntan
    Para akuntan dapat memainkkan tiga peran selama desain sistem. Pertama, sebagai pemakai SIA mereka dapat menetapkan kebutuhan informasi dan persyaratan sistem yang mereka butuhkan, serta memberitahukannya kepada para pengembang sistem. Kedua, sebagai anggota tim proyek pengembangan atau komite pelaksana sistem informasi mereka membantu mengelola pengembangan sistem. Ketiga, para akuntan harus mengambil peran aktif dalam mendesain pengendalian sistem serta secara periodik mengawasi dan menguji sistem tersebut untuk memverifikasi bahwa pengendalian telah diimplementasikan dan berfungsi dengan baik.
    3.Komite Pelaksana Sistem Informasi
    Komite pelaksana ini menetapkan kebijakan dan menentukan SIA serta memastikan adanya partisipasi, bimbingan, dan pengendalian dari pihak manajemen puncak.
    4.Tim Pengembangan Proyek
    Mereka merencanakan setiap proyek, mengawasi untuk memastikan penyelesaian yang tepat waktu dan sesuai biaya, memastikan bahwa pertimbangan yang wajar telah diberikan atas elemen manusia, serta mengkomunikasikan status proyek ke pihak manajemen puncak dan komite pelaksana.
    5.Analis Sistem dan Programer
    Analis sistem mempelajari sistem yang ada, mendesain yang baru, dan membuat spesifikasi yang digunakan oleh programer komputer. Programer komputer menulis program komputer dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh analis.
    6.Pemain Luar
    Banyak orang luar organisasi yang memainkan peran peran penting dalam pengembangan sistem, termasuk pelanggan, vendor, auditor, dan lembaga pemerintahan.

    ASPEK PERILAKU
    Setiap orang yang terlibat dalam pengembangan sistem sesungguhnya adalah agen perubahan yang secara terus menerus berhadapan dengan reaksi dan resistensi karyawan untuk berubah. Karena itu, aspek perilaku dalam perubahan merupakan suatu persoalan yang krusial dalam pengembangan sistem, karena sistem yang paling baik sekalipun akan gagal tanpa dukungan karyawan yang dilayani oleh sistem tersebut. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan harus cukup peka untuk merasakan reaksi karyawan yang terpengaruh oleh perubahan itu.
    Guna meminimalkan reaksi perilaku yang negatif, harus dipahami terlebih dahulu mengapa penolakan terjadi. Beberapa faktor penyebab perilaku negatif tersebut, antara lain:
    Karakteristik dan latar belakang personal. Umumnya, orang yang lebih muda dan berpendidikan lebih tinggi biasanya lebih mudah menerima perubahan. Begitu juga semakin nyaman seorang dengan teknologi, maka akan semakin tidak mungkin ia menolak perubahan dalam SIA.
    Cara perubahan diperkenalkan. Resistensi yang muncul seringkali merupakan reaksi terhadap metode pengenalan perubahan, dan bukan terhadap perubahan itu sendiri.
    Pengalaman dengan perubahan sebelumnya. Para pegawai yang memiliki pengalaman buruk dengan perubahan sebelumnya akan lebih segan untuk bekerja sama ketika terjadi perubahan di masa mendatang.
    Dukungan dari pihak manjemen puncak. Para pegawai yang meraskan kurangnya dukungan daari pihak manajemen puncak atas perubahan akan bertanya-tanya mengapa mereka harus menerima perubahan tersebut.
    Komunikasi. Para pegawai tidak akan mendukung perubahan kecuali jika alasan-alasan perubahan tersebut dijelaskan.
    Bias dan penolakan alami atas perubahan. Karyawan yang memiliki keterkaitan emosional dengan tugas mereka atau dengan asisten mereka tentu enggan unntuk berubah apabila tugas-tugas dan asistennya terpengaruh oleh perubahan itu.
    Sifat merusak proses perubahan. Permintaan informasi dan wawancara yang dilakukan ternyata membebani dan membingungkan karyawan, sehingga membentuk citra negatif mengenai perubahan.
    Kecemasan. Karyawan yang kurang memahami mengenai perubahan akan merasa cemas dan merasa menghadapi ketidakpastian mengenai pekerjaan, status, dan merasa rendah diri dengan perkembangan teknologi dan otomatisasi yang akan diterapkan dalam perubahan.

    CARA-CARA KARYAWAN MENOLAK PERUBAHAN SIA
    Permasalahan perilaku yang sesungguhnya biasanya terjadi pada saat implementasi dan perubahan direalisasikan. Resistensi itu pada umumnya berbentuk sebagai:
    Agresi. Agresi merupakan bentuk perilaku yang biasanya bertujuan untuk merusak, mengganggu keseimbangan, atau mengurangi efektivitas sistem. Agresi bisa muncul dalam bentuk kenaikan tingkat kesalahan, gangguan, atau sabotase kecil-kecilan.
    Kambing hitam. Kambing hitam (projection) merupakan upaya untuk selalu menyalahkan sistem baru untuk setiap kejadian yang merugikan, penyimpangan, dan kesalahan yang terjadi.
    Pengelakan. Mengelak dari tanggung jawab sebenarnya merupakan pembawaan manusiawi. Salah satu cara pegawai ialah dengan menghindari penggunaan SIA yang baru dengan harapan bahwa sistem tersebut tidakakan dihiraukan atau akhirnya akan dihapuskan.

    MENCEGAH MASALAH PERILAKU
    Meskipun tidak ada cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah perilaku tersebut, reaksi karyawan dapat ditanggulangi dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
    1.Penuhi kebutuhan pengguna
    2.Menjaga keterbukaan jaringan komunikasi
    3.Mempertahankan situasi yang aman dan terbuka
    4.Mendapatkan dukungan dari pihak manajemen
    5.Mengurangi rasa takut/menghilangkan kecemasan
    6.Meminta partisipasi pemakai
    7.Beri umpan balik secara bijak dan jujur
    8.Pastikan para pemakai memahami sistem
    9.Pencitraan sistem yang baik
    10.Jelaskan tantangan dan peluang baru yang ada
    11.Periksa kembali evaluasi kinerja
    12.Uji integritas sistem
    13.Hindari emosionalisme
    14.Sajikan sistem dalam konteks yang tepat
    15.Kendalikan harapan pemakai
    16.Usahakan menciptakan sistem yang sederhana

    Organisasi harus memiliki rencana jangka panjang. Setiap proyek pengembangan sistem membutuhkan rencana, dan setiap rencana pengembangan harus direncanakan. Ketika usaha pengembangan tidak direncanakan dengan baik, perusahaan seringkali harus kembali ke tahap sebelumnya dan memperbaiki kesalahann serta kekeliruan desain yang pada akhirnya akan mengeluarkan biaya yang mahal mengakibatkan penundaan, frustasi, serta penurunan moral.


    Sumber:
    Lau, Elfreda Aplonia. 2004. Pengaruh Partisipasi Pemakai Teerhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Lima Variabel Moderating. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No. 1:23-43.
    Romney, Marshall B., Paul John Steinbart, dan Barry E. Cushing. 2005. Accounting Information System. Edisi 9. Salemba Empat, Jakarta.
    Widjajanto, Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga, Jakarta.

    ReplyDelete